lennon

lennon

Senin, 18 Juni 2012

Pendidikan Murah, Adakah di Negeri Ini?


Pendidikan adalah investasi. Sebuah negara yang ingin tumbuh besar, harus menanam investasi berupa pendidikan murah dan berkualitas bagi rakyatnya. Investasi pendidikan ibarat menyiram air ke permukaan tanah kering, air diserap begitu banyak namun tidak ada reaksi seketika. Yang ada hanya tanah yang semula kering menjadi basah, begitu saja. Namun jika setiap hari tanah itu disiram air maka dalam waktu tertentu kita akan menuai hasilnya, berupa tumbuhnya benih-benih yang kita tanam di tanah yang sudah gembur tersebut. Benih tumbuh menjadi pohon, lalu berbuah dan memberikan hasil yang bermanfaat bagi kehidupan.
Demikianlah investasi pendidikan sebuah negara. Butuh dana yang besar untuk digelontorkan ke sektor pendidikan sehingga pendidikan mampu dijangkau oleh semua orang dengan harga murah dan bahkan gratis. Dana itu harus terus digelontorkan secara kontinyu, meski butuh waktu bertahun-tahun dan meski menghabiskan bertrilyun rupiah. Namun hasilnya luar biasa, jika besarnya dana pendidikan ini dibarengi dengan perbaikan kualitas pendidikan, akan lahir generasi cerdas yang siap memimpin negara ini di masa depan dan menjadikannya macan dunia.
Pendidikan di Indonesia : Mahal
Sayang sekali, Pemerintah Indonesia belum memiliki visi pendidikan sebagai investasi bangsa. Berbagai regulasi pemerintah justru menempatkan pendidikan sebagai komoditas industri. Tengok saja RUU Perguruan Tinggi (PT) yang tengah digodok oleh Komisi X DPR RI. RUU PT menempatkan kampus sebagai lembaga otonom sehingga harus mampu menyuplai pendanaan kampus secara mandiri. Sumber dana yang paling besar dan cepat tentu dari mahasiswa baru. Akibatnya setiap tahun selalu terjadi kenaikan biaya masuk perguruan tinggi. Di Universitas Indonesia (UI) mematok biaya kuliah per semester berkisar antara Rp. 5 juta hingga Rp. 7,5 juta/semester. Di Institut Teknologi Bandung (ITB) biaya masuk kuliah mencapai Rp 55 juta dan biaya kuliah per semester Rp 5 juta. Beberapa mahasiswa ITB bahkan merubah ucapan selamat datang di kampus itu semula berbunyi, "Selamat Datang Putra-Putri Terbaik Bangsa," menjadi, "Selamat Datang Putra-Putri Terkaya Bangsa,"
Mahalnya biaya kuliah menjadikan hanya kalangan kaya saja yang mampu mengenyam pendidikan tinggi. Masyarakat miskin tetap terkungkung dalam lingkaran setan tak berujung pangkal, mereka miskin sehingga tidak bisa sekolah tinggi, tidak sekolah tinggi sehingga tetap miskin. Padahal banyak siswa miskin ini terkategori cerdas, namun mereka tidak lolos saringan masuk PT karena persoalan biaya. Akibatnya PT kekurangan calon mahasiswa cerdas yang berujung pada rendahnya kualitas lulusan PT. Padahal para lulusan PT inilah yang akan terjun di masyarakat dan membangun negara. Jika lulusan PT yang berkualitas rendah ini memimpin negara, bisa dipastikan bangsa ini akan bertahan dalam keterpurukan.
Butuh Dukungan Sistemik
Pendidikan murah dan berkualitas adalah hak setiap rakyat, sekaligus aset masa depan bangsa. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan dukungan sistemik, tidak hanya satu organ pemerintah semisal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Karena untuk mewujudkan pendidikan murah membutuhkan gelontoran dana yang besar selama beberapa tahun dan bahkan mungkin beberapa dekade, hingga nantinya di masa depan, hasilnya baru bisa dipanen oleh generasi selanjutnya. Sementara generasi sekarang bertugas menanam saja, tanpa boleh tergoda untuk segera mendapat imbal baliknya.
Disinilah dibutuhkan dukungan ekonomi dan politik yang solid. Regulasi ekonomi haruslah menempatkan pemenuhan kebutuhan asasi rakyat sebagai prioritas utama. Bukan ekonomi yang sibuk berbicara tentang angka, digit dan prosentase. Apalagi ekonomi yang berbasis manipulasi data. Kebijakan politik juga harus berpihak pada rakyat sebagai pihak yang harus dipenuhi hak-haknya, termasuk hak memperoleh pendidikan. Bukan kebijakan politik populis yang sarat pencitraan untuk mengamankan kursi kekuasaan.
Islam Mewujudkan Pendidikan Murah Berkualitas
Islam dengan syariatnya memiliki regulasi komprehensif dan konkrit untuk mewujudkan pendidikan murah berkualitas. Hal ini nampak pada filosofi kepemimpinan dalam Islam, dimana pemimpin digambarkan sebagai perisai yang melindungi rakyatnya. Artinya pemerintah melindungi rakyatnya dari segala hal buruk termasuk kebodohan. Secara filosofis juga, pemimpin dalam Islam adalah seperti pelayan yang bertanggungjawab atas amanah di pundaknya. Sehingga pemimpin tidak sibuk dengan deal-deal politik untuk mengamankan kursinya, juga tidak sibuk dengan pencitraan agar nampak selalu anggun di depan rakyat. Pemimpin dalam Islam terlalu sibuk mengurusi rakyatnya sehingga tiada waktu untuk pencitraan. Citranya terbangun dengan amal baktinya mengurusi kebutuhan rakyat.
Kepedulian Islam terhadap pendidikan tidak hanya pada aspek filosofis, namun juga tataran praktis pengelolaan ekonomi untuk menyokong pendidikan. Guru yang Terhebat yaitu Rasulullah saw menjadikan pendidikan sebagai tebusan tawanan perang di Madinah. Beliau bersedia membebaskan tawanan perang asal tiap orang dari mereka mengajarkan literasi pada 10 penduduk Madinah. Artinya Rasulullah memenuhi kebutuhan pendidikan bagi rakyat Madinah dengan kebijakan politik beliau. Para khalifah penerus Rasulullah, melanjutkan kebijakan ini dengan tidak bosan-bosannya menggelontorkan dana besar-besaran untuk pembangunan sekolah, kampus, asrama, laboratorium, perpustakaan, dana penelitian, bahkan bantuan operasional bagi siswa semisal pena dan kertas. Sehingga semua orang dapat mengenyam pendidikan berkualitas secara gratis. Hasilnya bisa kita lihat pada banyaknya  ilmuwan muslim yang namanya terukir dengan tinta emas karena sumbangan keilmuannya pada peradaban dunia. Bertolak belakang dengan negara kita yang baru bisa mencatat ”prestasi” korupsi di tingkat dunia.
Demikianlah pendidikan adalah aset masa depan bangsa ini. Untuk mewujudkan pendidikan berkualitas butuh dukungan sistemik sebagaimana yang telah dicontohkan oleh peradaban Islam. Sungguh, sistem Islam mampu untuk mewujudkan pendidikan murah berkualitas bagi rakyat.
Penulis: Ragil Rahayu Wilujeng, SE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar