lennon

lennon

Selasa, 10 April 2012

Jemu (Curahan Hati Jiwa yang Gelisah karena Kosong)


Mungkin inilah masa-masa tersulit bagiku. Masa yang sangat menjemukan. Ku isi hari ini degan tidur, makan, nonton tv, berkhayal dan tidur lagi. Tulisan inipun ditulis ketika sore hari menjelang malam. Malam nanti aku harus ke rumah Pak Frans, seorang doktor yang amat egaliter. Aku mengenalnya dalam suatu mata kuliah hukum tata negara beberapa tahun yang lalu, kami sekelas. Semangatnya untuk terus belajar begitu besar. Bayangkan, seorang doktor linguistik kok mau-maunya kuliah S1 lagi, itulah yang selalu menginspirasi aku dan beberapa kawan lainnya. Sangat egaliter, ya sangat egaliter perkawanan kami, yang tanpa ada jarak layaknya aku berkawan dengan yang lainnya. Semoga malam nanti saat kutemui dirinya ia dalam kondisi sehat dan berenergi seperti biasanya. Terakhir aku bertemu dengannya beberapa bulan yang lalu, saat itu rambutnya sudah banyak yang memutih padahal usianya belum genap empat puluh tahun.

Mengingatnya membuatku lebih bersemangat sore ini. Hari ini benar-benar ngak jelas, mungkin terlalu jemu dengan rutinitas yang ada. Rutinitas yang berat kadang membuatku tak tentu arah. Ada suatu kegamangan akan dikemanakan hari-hariku setiap harinya. Mungkin karena aku menganggap semua aktifitasku adalah prioritas, sementara diri ini punya keterbatasan untuk mewujudkannya. Ditambah lagi bila mengingat seorang gadis yang selama beberapa minggu ini sering mengacaukan pikiranku. Kacaunya seringkali ketika pikiranku dihimpit akan hal-hal semacam ini, justru yang terjadi adalah ngeblank, ngak ngerti mau ngapain dan ngak bisa ngapa-ngapain. Huh, sungguh menjemukan hari ini...

Sering aku merenung, hendaknya bila ingin menuntaskan masalah ini adalah dengan melakukan skala prioritas tentang apa yang harus akau lakukan. Menyelesaikan skripsi, menjadi penulis lepas, atau berorganisasi? Semuanya sama pentingnya bagiku. Pernah aku buat jadwal kegiatan yang mengatur waktu untuk melakukan segala hal itu, tapi lagi-lagi jadi ngak efisien ketika energi yang ada sudah memble. Beberapa minggu terakhir ini adalah puncaknya, menjadi puncak karena priorotas-prioritas itu mesti ditambah dengan pikiran-pikiran yang selalu menghantui ABG jaman sekarang; cinta dan cinta....

Berkali-kali aku mesti menahan malu ketika kawan-kawan bertanya tentang skripsi. Gimana skripsi bung? Udah BAB berapa bung? Udah wisuda bung? Bahkan ada yang nanya, kerja dimana bung? Huh, mendengar pertanyaan-pertanyaan itu aku hanya berseloroh santai dan menimpalinya dengan senda gurau, padahal hati terdalam ini merasa tergores sekalipun senang karena banyak kawan yang perhatian. Bahkan hal ini berlanjut di dunia maya, seringkali ketika chating teman-teman dari Padang, Makassar, Banjarmasin, Bandung dan luar daerah lainnya menanyakan hal serupa. Lagi-lagi lelucon adalah jawaban yang mampu menutupi perasaanku.

Kadang aku berkhayal mau jadi ahli hukum tata negara yang tulisannya ada dimana-mana dan sering wara wiri di layar televisi untuk diwawancara. Keinginan untuk studi di luar negeri dengan mengambil gelar master comparative law juga ngak kalah hebatnya. Khayalan juga berlanjut ketika mengingat cita-cita menjadi pengacara yang banyak disorot media karena mengangani kasus-kasus yang ngak lazim yang banyak menyinggung rasa keadilan di masyarakat. Seru banget tuh kayaknya berurusan dengan masalah pidana yang penuh tantangan dan dinamika. Khayalanku ngak berhenti sampai disitu. Bahkan aku yang ngak terlalu paham hukum perdatapun kadang mau kerja di kantor notaris dan dikantor pengacara yang konsentrasi di hukum bisnis. Semua karena aku haus akan ilmu, namun darimana aku harus memulai semua itu?

Torehan-torehan yang kutulis dengan jujur ini mungkin amat terasa sangat tolol buat teman-teman. Sekarangpun aku merasa amat tolol dengan kondisi ini, dan rasa malu juga ngak ketinggalan tentunya. Tapi dari pada jadi gila karena memendam semua ini sendiri, lebih baik kuutarakan semua ini dengan lepas. Yah, mungkin aku mesti rehat beberapa hari ini. Jalan-jalan, membaca dan nonton berita, aktifitas rehat yang sederhana namun terbukti ampuh. Terima kasih kawan yang sudi membaca “oret-oretan sampah ini”, so aku mau mandi dulu ya, siap-siap ke rumah kawan lama, Pak Frans. Pastinya setelah dari rumahnya aku selalu merasa menjadi manusia kembali. Kawanku yang pandai itu suka sekali menyemangati aku dan yang lainnya, sekalipun itu dilakukannya dengan tidak sadar. Semoga Tuhan memberkati.

You may say I’m a dreamer, but I’m not the only one. I’ll hope someday you join us, and the world will be as one (John Lennon-Imagine) hahahaha... ngak nyambung penutupnya, gajebo lo...

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar