Berdasarkan hasil survey badan pusat statistik (BPS) tahun 2009, jumlah
penduduk miskin di Indonesia berjumlah 32,53 juta jiwa atau 14,15 persen dari
total jumlah penduduk Indonesia. Naik atau turunnya jumlah penduduk miskin di
Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya, penurunan harga
kebutuhan pokok, naiknya upah serta adanya bantuan pemerintah berupa BLT,
raskin dan BOS. Dari beberapa faktor tersebut masyarakat ada pada posisi yang
tidak menentukan, karena faktor-faktor tersebut amatlah bergantung dari
mekanisme pasar dan pemerintah. Hal ini patut menjadi perhatian kita bersama,
sebab tanpa ada upaya aktif oleh segenap lapisan masyarakat, tingkat kemiskinan
di Indonesia tidak dapat ditekan dengan serendah-rendahnya.
Bila kita jeli melihat persoalan ini, sesungguhnya ruang pengentasan
kemiskinan di Indonesia masih terbuka lebar. Masyarakat memiliki potensi untuk menggunakan
kemampuannya masing-masing dengan peningkatan usaha kecil menengah (UKM). Selain
itu UKM juga memiliki peran yang strategis dalam pertumbuhan ekonomi nasional
dan penyerapan tenaga kerja. Bahkan UKM terbukti lebih tangguh daripada usaha
skala besar dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Kendatipun
UKM memiliki peranan yang strategis dalam perekonomian indonesia, hingga saat
ini UKM cukup identik dengan pedagang kaki lima. Usaha dan kerja keras
dibutuhkan untuk merubah imej UKM yang tadinya lekat dengan pedangang kaki lima
menjadi naik ke permukaan. Untuk itulah para pelaku UKM harus memiliki spirit
kewirausahaan, sehingga tidak cepat puas oleh apa yang mereka dapatkan.
Di sisi lain jiwa wirausaha menjadi urgent mengingat berlimpahnya sumber
daya manusia di Indonesia sementara lapangan pekerjaan yang tersedia amatlah
terbatas. Lowongan pekerjaan di perusahaan swasta tidaklah dapat memenuhi para
lulusan SMA dan Perguruan Tinggi yang membludak. Angka kebutuhan penerimaan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) pun juga demikian, justru sebaliknya banyak tenaga namun
lahan garapan telah habis digarap. Selain itu tingkat Pemutusan Hubungan Kerja
dan sistem kerja kontrak juga menghantui para pencari kerja maupun mereka yang
sudah bekerja dengan mendapatkan upah. Kondisi ini pada akhirnya memaksa kita
untuk “mengekspor” tenaga kerja ke luar negeri yang umumnya sebagai pekerja
kasar.
Mimpi buruk itu tidak perlu terjadi bila kita memiliki jiwa wirausaha
yang mantap. Sehingga kedepannya kita tidak perlu “membangun” negeri orang,
karena segala sumber daya alam di Indonesia sudah dapat memenuhi kebutuhan
hidup setiap masyarakat. Praktek suap menyuap dan nepotisme dalam penerimaan
PNS juga tidak perlu terjadi, apalagi mereka yang bekerja sebagai pegawai
tingkat menengah kebawah juga akan sulit untuk memenuhi kebutuhannya yang
mendasar. Sebagai contoh, bila ada pegawai dengan gaji 3 juta per bulan yang
ingin membeli rumah dengan harga 300 juta. Maka ia harus menabung selama 100
bulan atau 8 tahun lebih. Itupun mereka harus menabung seluruh gajinya tanpa
dipotong kebutuhan hidup lainnya. Dengan kenyataan hidup yang seperti ini
seharusnya kita merubah paradigma berfikir kita dengan paradigma baru. Paradigma
yang tadinya kebanyakan orang tua amat memimpikan anak-anaknya untuk menjadi
pegawai negeri sipil, maka kini mulai memikirkan agar anak-anaknya memiliki
jiwa wirausaha yang mandiri dan bukan sebagai pencari kerja.
Gambaran diatas memberikan angin segar bagi perkembangan dunia UKM di
Indonesia. Karena laju perkembangan UKM adalah sejalan dengan laju perekonomian
nasional yang ditopang oleh ekonomi kerakyatan. Bila masyarakat bisa
memberdayakan UKM dengan maksimal, maka masyarakat akan mandiri secara
finansial yang berarti turut menekan angka kemiskinan di Indonesia. Untuk
itulah perlu diciptakan iklim usaha yang
kondusif dengan penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang berpihak pada
ekonomi kerakyatan, serta penyederhanaan perizinan dan birokrasi. Selain itu
masyarakat juga harus jeli melihat peluang usaha, terlebih dengan sumber daya
alam lokal yang masih belum tereksplorasi dengan optimal. Dalam hal pembiayaan
juga perlu dibuka kesempatan yang luas dan mudah bagi para wirausahawan untuk
mengembangkan usahanya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar